MAROS, SETARAKATA.com – Gerakan kotak kosong di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan jelang Pilkada 2024 mulai terdengar di publik.
Ketidakpastian dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Maros semakin meningkat setelah Suhartina Bohari dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Keputusan ini menyebabkan Chaidir Syam menggantikan Suhartina dengan Andi Muetazim Mansyur.
Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus, menyatakan peluang gerakan kolom kosong kini menjadi isu yang perlu diperhatikan.
“Peluang gerakan kolom kosong bisa muncul jika Golkar tidak bisa menyatu. Hal ini menjadi perhatian khusus mengingat potensi ketidakpuasan dari pendukung Suhartina,” ungkap Nurmal saat dihubungi pada Kamis 12 September 2024.
Nurmal menambahkan kekecewaan di kalangan pendukung Suhartina dapat memicu gerakan kolom kosong, terutama jika Chaidir Syam tidak menjalin komunikasi yang baik dengan mereka.
“Suhartina memiliki basis dukungan yang kuat, jadi penting bagi Chaidir untuk menangani situasi ini dengan hati-hati dan membangun hubungan yang baik untuk meredam potensi gerakan kolom kosong,” jelas Nurmal.
Meskipun gerakan kolom kosong belum terlihat signifikan, Nurmal menilai bahwa elektabilitas Chaidir Syam tidak terpengaruh besar oleh isu ini.
Chaidir tetap berada dalam posisi yang baik untuk pemilihan hingga saat ini.
Selain itu, Nurmal menilai pemilihan calon pengganti yang berasal dari kalangan birokrat, daripada kader partai politik, mengurangi risiko penolakan besar dari partai politik.
Memilih ASN sebagai wakilnya dinilai sebagai langkah yang wajar dan dapat mengurangi potensi kekecewaan dari partai-partai koalisi.
“Menunjuk kader partai sebagai wakil bisa menimbulkan resistensi dari partai politik lain. Jadi, langkah Chaidir untuk memilih seorang birokrat dinilai lebih strategis dan netral,” tutup Nurmal. (*)
